Bolehkah aku berhenti?
Dulu kau pernah mempertanyakan itu padaku, pertama kali, dan saat itu kita baru menginjak 3 bulan pertama. Aku mencoba meyakinkanmu, bahwa semuanya bisa kita lalui, bahwa semua memang benar-benar berubah. Dan berhasil, kau mau kembali berjuang bersamaku.
Walaupun setahun pertama itu berat bagiku, karena aku baru pertama kali menghadapi tipe wanita sepertimu. Tertutup dan sulit mengungkapkan perasaanmu. Tapi aku selalu berusaha untuk membiasakan diriku terhadapmu. Tak pernah sedikitpun aku menyerah untuk mengerti keadaanmu yang sebenarnya. Bahkan untuk mencobanya pun aku tak pernah. Karena aku masih percaya, bahwa dirimu juga ikut berjuang bersamaku.
Setahun pertama ada banyak hal yang kita lewati. Kau tau semuanya tentangku, aku berusaha untuk selalu terbuka tentang keadaanku kepadamu. Namun, aku sepertinya sulit untuk mengetahui apa yang sebenarnya kau simpan di hatimu selama ini. Aku berusaha mengorek-ngoreknya, namun aku merasa hanya mendapat secuil saja. Entah aku yang merasa terlalu sedikit, atau memang hanya itu yang mampu kamu bagi untukku. Setahun pertama yang begitu indah. Kegembiraan dan keceriaan yang kita lewati bersama, takkan pernah aku lupakan. Itu hari-hari terbaik yang pernah aku jalani.
Setahun kedua, aku sudah mulai terbiasa dengan kebiasaanmu yang menutup diri ketika ada sesuatu. Aku tak pernah mempertanyakan penyebabnya kenapa. Karena kau pasti, pasti ! takkan pernah menyebutkannya kepadaku. Aku hanya bisa menunggu, berharap waktu yang akan membeberkan semua jawabannya. Silent Treatment yang kau lakukan sudah membuatku terbiasa untuk sendiri. Dari yang awalnya 3 hari, 5 hari, seminggu, 2 minggu, hingga yang paling lama adalah 1 bulan ! Aku masih tetap bertahan, karena memang aku percaya, suatu saat kau pasti akan memberitahukan alasannya. Meskipun waktu itu adalah waktu kita sudah tidak bersama lagi. Tidak masalah.
Apakah kamu sebenarnya masih mencintaiku?
Hal itu yang pertama kali aku tanyakan padamu, karena memang tidak mungkin ada yang bisa bertahan didiamkan 1 bulan penuh tanpa ada kabar, tanpa ada berita. Dan tidak mungkin hanya karena masalah sepele saja. Ada masalah yang jauh lebih besar daripada itu yang tidak kamu ceritakan padaku.
Jujur saja, aku sudah menyiapkan diri, jauh-jauh hari sebelum kau memutuskan untuk berpisah sepeti ini. Aku pasrah, karena hatiku berkata bahwa sebenarnya sudah tak ada lagi diriku dalam hatimu, sejak lama. Namun, selama tidak ada kata 'putus' darimu, aku akan masih tetap memperjuangkannya hingga akhir.
Aku sudah mencoba bertahan, tapi aku merasa semuanya tidak pada tempatnya
Begitu katamu. Aku ingin bertanya "apakah kau pernah melibatkan diri untuk mencari masalah dalam hubungan kita?" Kita memulai semuanya ber 2, jika ada masalah dari hubungan kita, pasti penyebabnya hanya ada 2, aku atau kamu. Dan seharusnya kita mencarinya bersama-sama, buakn mencari sendiri.
Aku selalu bersabar untukmu, aku tau kau bukanlah orang yang terlalu penyabar sepertiku. Tapi haruskah selalu aku yang membiasakan diri untukmu? Kapan kau bisa menyesuaikan diri untukku?
Untukmu aku tak pernah lelah bersabar. Untukmu aku tak henti melawan semua godaan yang datang. Untukmu aku setia. Walaupun aku tau, dirimu tak benar-benar setia untukku. Kau masih berhubungan dengan mantan yang kau sayangi itu.
Kau tau, pura-pura tidak tau itu lebih sakit daripada tidak tau sama sekali. Dan lebih sakit lagi ketika aku hanya bisa memendam rasa amarahku untuk pura-pura tidak tau itu. Aku cemburu kau malah merajuk, aku marah kau tambah marah. Dan sejak itu, aku tak pernah lagi menunjukkan ekspresiku kepadamu. Selain senyum dan tawa. Agar buatmu percaya bahwa aku benar-benar tidak apa-apa.
Aku memang tak pernah bisa masuk di keluargamu. Karena dari awal ibumu tak pernah menerimaku. Namun akan kubuktikan bahwa dia telah salah menilaiku. Memang tampangku tidak seperti yang lain, yang putih, yang sudah bekerja sedari mahasiswa, yang enak diajak berfoto bersama, yang bisa dipamerkan ke teman-teman ibumu yang lain, yang ramah, yang tinggi.
Aku hanya seorang laki-laki bertubuh kecil, kurus, hitam, tampang seadanya, tidak kaya, motorpun hanya punya orang tua, tidak bekerja, cuma mengharap uang saku dari orang tua.
Pokonya tak ada yang bisa dibanggakan dariku. Ibumu memang tau akan seleranya. hehehe
Namun aku bersyukur menjalani hubungan bersamamu, karena aku tau, bahwa aku diberikan sabar yang begitu besarnya dari Tuhan kepadaku. Tuhan menguji titik kesabaranku melalui tingkah lakumu yang bisa secepat angin berubahnya. Dan aku berhasil melewatinya. Namun kau? mungkin hanya kau yang tau jawabannya.
Terimakasih untuk 2 tahun terbaik yang kau berikan. Meskipun kau mungkin tidak sepenuhnya merasa benar-benar 2 tahun mencintaiku. Setidaknya aku yang merasa 2 tahun mencintaimu, tak apa. Aku tak pernah menyesal menghabiskan 2 tahun terakhir ini bersamamu. Bersama dengan kenangan yang pernah kita buat. Itu pasti tidak akan terlupakan.
Semoga hidupmu lebih bahagia saat tidak bersamaku. Aku tidak sempurna untukmu yang terlalu sempurna.
Hidupku hanya secuil dari hidupmu yang berlimpah harta.
Semoga ada yang bisa membuat hidupmu sempurna. Karena sepertinya, kau tak bisa dapatkan hidup sempurna dariku selama ini.
Semoga pendampingmu nanti adalah orang yang benar-benar diterima oleh ibumu dan adikmu.
Pesanku adalah :
Masa lalumu tidak usah dijadikan penghalang untukmu. Kulihat kau sepertinya masih tidak bisa melepaskan bayang masa lalu yang kelam itu. Jangan selalu kambing hitamkan masa lalumu yang menyebabkanmu tidak pernah bisa berubah. Jadikan itu sebagai pelajaran, bukan sebagai penghalang. Masa depanmu, kau lah yang menentukan akan seperti apa.
Jadilah wanita yang kuat, yang tetap semangat bekerja. Yang selalu berdoa di tiap memulai kegiatan. Tutup kepalamu dengan jilbab, meskipun tidak tiap hari tak masalah. Seminggu sekali itu sudah bagus. Aku senang melihatmu berjilbab. Setidaknya membuat rambutmu yang indah itu tidak terbang kemana-mana.
Makan nasi 2 kali sehari saja cukup. 1 kali sehari itu terlalu sedikit. Tubuhmu gampang sakit. Apalagi jika istirahatmu kurang. Kalau perlu, minum lagi vitaminmu. Supaya ada tambahan tenaga.
Bekerja di kantormu sekarang itu sudah sangat bagus. Meskipun kamu berapa kali mengatakan ingin berhenti bekerja di sana. Bayangkan berapa banyak orang yang mengantri untuk mendapatkan pekerjaan sepertimu. Bayangkan betapa sulitnya mencari pekerjaan lagi setelah melepaskan pekerjaanmu yang ini. Namun itu semua kembali kepadamu, itu hanya pesanku saja, bahwa tidak ada pekerjaan yang mudah. Dan selalu ada suka dukanya.
Sudah cukup pesanku untukmu sepertinya.
Sekarang, kau boleh berhenti seperti yang kau minta. Aku tak akan menghalangimu lagi untuk pergi. Tidak mungkin aku memperjuangkan apa yang aku percaya hanya seorang diri. Aku tak akan memaksamu lagi untuk terus berjalan. Karena memang sudah lama jauh kau berhenti berjalan beriringan denganku.
Saatnya aku pindah, dari aku yang sudah menyayangimu sepenuhnya, pindah ke diriku yang memulai dari awal lagi, mencari orang yang semestinya ku sayangi dan menyayangiku sepenuhnya. Sekali lagi terimakasih.
Semoga kita bisa bertemu dalam keadaan yang lebih baik dari ini.