22 Juli malam merupakan momen yang paling ditunggu-tunggu oleh seluruh rakyat Indonesia. Malam dimana mereka bisa melihat pemimpin baru mereka ditetapkan. Tahun ini hanya ada 2 pasangan calon yang bertarung memperebutkan kursi Presiden. Pak Prabowo dan pasangannya Pak Hatta Rajasa. Serta Pak Joko Widodo dengan pasangannya Pak Jusuf Kalla.
Sepanjang masa kampanye, bahkan sebelum masa kampanye itu sendiri saya sudah melihat manuver-manuver yang dilakukan oleh ke 2 kubu. Macam-macam manuvernya. Mulai dari pernyataan yang dipelintir di media massa pendukung salah satu kandidat, kemudian isu-isu negatif yang berseliwiran, dan yang paling ampuh menurut saya adalah isu RAS. Isu ini paling masif efeknya ke masyarakat. Dan jika saya menyebutkan isu RAS tentu yang diserang adalah kubu no.2.
Sangat disayangkan mengapa agama harus digunakan untuk memecah belah persatuan. Mengapa kesukuan yang beraneka ragam ini harus dipecah belah untuk mendapatkan kekuasaan? Sangat disayangkan isu yang disebarkan ini sebenarnya menunjukkan kelemahan dari kubu lawan. Tak ingatkah kalian bahwa pada kerusuhan Mei 1998 itu berawal dari perbedaan suku? Dimana etnis TiongHoa diburu dan dibunuh oleh orang pribumi? Ingatkah kalian dalang kerusuhan itu adalah Pak Prabowo?
Pak Jokowi dibilang berasal dari orang tua yang keturunan Cina. Isu yang ingin dibawa adalah mayoritas masyarakat Indonesia tidak boleh dipimpin orang Cina. Ini sebenarnya menunjukkan bahwa Pak Prabowo masih membawa masalah masa lalu. Ya meskipun dia sudah menujukkan citra positif terhadap orang Cina dengan membawa Pak Ahok menjadi Wakil Gubernur Jakarta. Tapi tetap saja membuat saya tertawa. Mengapa mesti harus suku yang dibawa-bawa?
Lalu ada lagi isu Pak Jokowi ini orang PKI. Pernah mengadakan rapat di Solo lah katanya. Punya rumah yang ada pagar tinggi nya biar ga ketahuan kegiatan di dalamnya ngapain lah katanya. Macam-macam. Pak Jokowi juga dibilang seorang mualaf. Dan masuk Islamnya saat ingin jadi Presiden. Isu macam apa ini !? Hahahaha. Terus kalo dia mualaf kenapa? Kalo dia ga muslim kenapa?
Lebih baik tidak keliatan seperti orang Islam tapi kelakuannya Islam daripada mengaku orang Islam tapi kelakuannya tidak seperti orang Islam
Saya tidak akan mempermasalahkan agamanya apa bagi orang yang sudah keliatan jiwa kepemimpinannya. Daripada orang yang bisa ngeledek lawannya saat berdebat. Aneh sekali keliatannya. Ketika debat dia jadikan sebagai bahan kampanye negatif. Keliatan sekali kalo sebenarnya memang tidak punya jiwa kepemimpinan. Dan memang tidak ada kemampuan untuk legowo. Dan barangkali memang tidak punya modal apa-apa untuk bisa jadi Presiden. Ada sih modalnya, duit untuk iklan kampanye sama buzzer di twitter beserta akun-akun anonim lainnya.
Buat saya akun anonim itu ga jauh beda sama akun-akun yang sering nge tweet foto-foto sexy dan telanjang para cewe. Cuma buat dinikmati, bukan dipercaya itu asli punya dia atau bukan. Herannya masih ada aja yang percaya twit dari akun anonim seperti itu. Kita ini kan orang berilmu, telaah dulu baik-baik infonya, pikirkan 2 sampai 3 kali wajar apa tidak, jika masih tidak wajar cari info yang sama dari sumber lain, jika masih tidak wajar juga artinya memang itulah kenyataannya. Infonya memang salah. Ga bisa dipercaya.
Gampang sih sebenarnya untuk tidak percaya kalo kita rajin mencari. Tapi ya terkadang memang orang-orang di luar sana malas mencari. Dan akhirnya percaya begitu saja terhadap apa yang disampaikan oleh orang lain. Padahal belum tentu itu faktanya.
Akibat dari pemberitaan negatif itu apa? Ya akhirnya kubu Pak Jokowi sibuk untuk melakukan pembelaan yang akhirnya melupakan esensi dari kampanye yang sebenarnya. Bahwa masa kampanye digunakan untuk menunjukkan visi dan misi serta program-program apa saja yang akan dijalankan jika terpilih nanti.
Ketika saya menjadi netral beberapa waktu lalu, saya mencoba membandingkan para relawan dari ke 2 kubu. Menurut saya memang terlihat lebih positif dari kubu Pak Jokowi. Mereka memberikan informasi soal Pak Jokowi lebih banyak daripada sekadar memberikan fakta negatif kubu lawan. Bedanya dengan relawan dari kubu lawan adalah lebih banyak membeberkan info-info dan berita negatif untuk menjatuhkan kubu Pak Jokowi. Terlihat sekali perbedaannya. Ya terlihat sih perbedaannya antara yang berilmu dan mana yang fanatik buta.
Contoh nyatanya adalah teman-teman saya sendiri. Kami berbeda pilihan untuk pilpres ini dan ga ada tuh yang saling caci maki. Biasa aja. Beda pilihan capres bukan berarti harus bermusuhan kan?
Kalopun dituduh ada kecurangan menurut saya itu sulit
terjadi. Dilihat dari antusiasme di twitter(walaupun tidak bisa dijadikan
patokan) saja sudah terbukti kubu Pak Prabowo sudah kalah massa dari awal. Saya
kira dia merangkul banyak partai di dalam koalisinya memang untuk menutupi
kekurangannya sebagai pemimpin yang tidak punya kemampuan apa-apa selain
merengek dan tidak kesatria.
sumber |
Kalo punya kemampuan seharusnya yang dia tunjukkan itu
bukan sisi negatif lawannya. Tetapi keunggulan dirinya sendiri. Itu esensi
kampanye yang benar menurut saya. Dengan melakukan black campign seperti itu
justru membuat saya tidak respect kepada
kubu Prabowo ini. Saya mengerti tujuannya melakukan black campaign adalah untuk menunjukkan bahwa dirinya lebih baik
dan lebih sempurna daripada lawannya. Bagi saya itu sama sekali berbeda.
Dan dalam setiap wawancara entah kenapa Pak Prabowo
ini selalu melecehkan kubu lawan. Bukan mempromosikan dirinya. Saya curiga dia
ini sebetulnya ikut pilpres hanya untuk merusak proses yang selama ini
berlangsung sejak lama. Dia ingin menunjukkan bahwa selama ini pilpres di
Indonesia tidak pernah berjalan secara jujur dan tranparan.
Saya hanya tertawa ketika dia bilang dalam
wawancaranya dengan BBC bahwa banyak sekali media massa yang berafliasi dengan
kubu lawan. Tidak kah dia bercermin dengan dirinya sendiri selama ini? Siapa
yang merekrut Pak Harry Tanoe untuk masuk ke koalisinya? Apakah tau-tau ada
begitu saja? Saya rasa tidak. Lalu kira-kira apa karena golkar itu punya suara
terbanyak ke 2 saja kemudian di rekrut masuk ke koalisinya? Bukan karena ingin
memanfaatkan media massa yang dimiliki ARB? Hahahaha seolah-olah rakyat ini
buat untuk melihat hal itu ya Pak?
Ehh maaf-maaf keterusan menghakimi jadinya.
KPU saya rasa sudah melakukan pekerjaannya secara
maksimal. Dan masyarakat pun dilibatkan dalam proses ini ketika penghitungan.
Masyarakat boleh datang kok untuk melihat hasil pemungutan suara di TPS nya
masing-masing. Boleh memfoto hasil rekapitulasinya segala lagi. Di publish ke
website yang bisa diakses oleh semua orang biar ketahuan ada perubahan atau
tidak antara data yang dilihat oleh masyarakat di lapangan dengan yang
diserahkan ke KPU.
Gini deh, misalnya pun Pak Jokowi kalah saya pasti !
pasti bakal legowo terhadap kekalahan beliau. Karena saya sudah menyalurkan hak
pilih saya secara benar. Dan jika ternyata kalah ya saya harus legowo dong?
Artinya saya harus bersabar dipimpin oleh pemimpin seperti Pak Prabowo 5 tahun.
Hahahaha.
Semoga semua pihak bisa menerima hasil ini. Karena
memang inilah kenyataannya. Jika ada kecurangan silahkan laporkan sesuai
ketentuan yang berlaku. Jika memang terbukti curang sudah pasti akan diproses
hukum.
Jika anda yang membaca tulisan ini ingin marah
silahkan tuliskan di kolom komentar. Tapi kalo orang berilmu pasti menelaah dan
memikirkan dulu matang-matang tulisan saya ini dengan logikanya sebelum
mengeluarkan emosi. Baca dengan pikiran yang terbuka dan janganlah jadi orang
yang pikirannya terlalu sempit. Zaman sudah maju buka wawasan anda dengan
banyak membaca. Okeh? Salam damai.
Wallahu'alam bissowab.. resikonya dari negara demokrasi,,mayoritas vs minoritas..he.. aku ga begitu ngerti soal politik..he..
ReplyDeletetp siapapun yg jadi presiden semoga jd yg terbaik buat bangsa :)
bener bgt, media itu susah d percaya..makanya apa yg kita denger harusnya difilter dulu dan di kroscek lagi..
oh iya pernah denger juga qoute isinya gini "1000 kebohongan yang diulang-ulang akan jadi kebenaran" dari siapa ya.hehe
btw, nice post :)
itu quote nya adolf hitler kalo ga salah deh..
Deleteterimakasih sudah mampir dan baca :)