Yang mencolok dari proses pengesahan RUU itu adalah walk out nya fraksi Partai Demokrat sebelum voting dilakukan. Partai ini saya rasa selalu saja melakukan hal-hal nyeleneh disaat krusial. Tentu saja keputusan ini memancing emosi rakyat yang pro terhadap Pilkada langsung. Termasuk saya. Bahkan sampai muncul tagar (#) ShameOnYouSBY hingga menjadi trending topic worldwide di twitter selama 24 jam. Terlihat sekali ketidaktegasan Partai ini untuk mendukung pihak yang mana. Ada yang bilang walk out nya PD ini karena mendukung PIlkada Tak Langsung. Ada juga yang bilang PD mendukung Pilkada langsung dengan 10 syarat namun partai lain malah tidak mendukungnya.
Buat saya itu tidak penting. Yang penting walk out nya PD ini membuat opsi Pilkada Tak Langsung menjadi mayoritas. Sebetulnya saya tak akan mempermasalahkan ini seandainya PD memilih untuk ikut voting terhadap salah 1 dari 2 opsi tersebut. Artinya mereka punya ketegasan untuk bersikap. Kalo seperti ini seolah-olah mereka ini tidak mewakili siapa-siapa.
Mereka kan dipilih untuk mewakili rakyat. Harus tegas mewakili rakyat mayoritas atau rakyat yang segelintir di gedung itu saja. Bersikaplah setegas rakyat yang memilihnya waktu pemilu. Meskipun itu pahit untuk rakyat yang memilihnya.
Setelah RUU disahkan para pendukung Pilkada Tak Langsung berkoar-koar bahwa ini adalah demokrasi yang sesungguhnya. Macam-macam yang mengutarakan pendapatnya, ada yang bilang inilah kedaulatan rakyat yang sesungguhnya, ada juga yang bilang ini adalah kesuksesan mengembalikan kedaulatan rakyat. Lain lagi dengan Hidayat Nur Wahid (Ketua Fraksi PKS) di berita itu dia bilang kalo ini adalah kemenangan rakyat.
Menarik sekali pernyataan Hidayat ini. Dia bilang ini adalah kemenangan rakyat. Saya coba berprasangka baik untuk pernyataannya ini dengan menganggap 'rakyat' yang dia sebutkan adalah rakyat Zimbabwe. Ada benarnya juga, mungkin.
Sebab terlalu lucu jika dia mengatakan ini adalah kemenangan rakyat tetapi rakyatnya malah kalah. Rakyat yang mana yang dia menangkan? Bagaimana rakyat bisa menang sementara hak rakyat untuk memilih kepala daerahnya sendiri diambil oleh mereka?
Alangkah lucunya negeri ini ketika hak pilihnya diambil oleh wakilnya lalu wakilnya bilang ini adalah kemenangan yang diwakilinya. Kami menang kami juara tapi hadiah uangnya kalian yang nikmati, begitu? Serakah sekali.
Alasannya macam-macam untuk mengembalikan Pilkada Tak langsung ini. Korupsi lah merajalela. Konflik horizontal lah yang sering terjadi. Mari kita bahas satu per satu.
Korupsi yang merajalela. Menurut saya sendiri adalah memang mental orangnya yang sudah niat untuk korupsi. Karena mungkin sewaktu kampanye sudah mengeluarkan uang banyak untuk mengambil simpati rakyat untuk memilihnya. Tidak semuanya seperti itu,kok. Tidak semuanya orang bermental serakah dan ingin menguasai seperti itu. Masih banyak yang bermental pemimpin namun terhalang karena banyak calon yang tampil dengan kekuatan uang banyak.
Kalo pun dilakukan pemilihan tak langsung ga ada jaminan kalo korupsi bakal berkurang. Iya sih berkurang karna kita ga ngeliat secara langsung proses korupsinya kaya gimana. Bukan begitu yang terhormat anggota dewan? Hehehe.
Kalo mau telak-telakan korupsi sih mending nyuap rakyat langsung buat milih dia. Toh uangnya bakal lebih berguna buat mereka daripada nyuap anggota dewan di sana. Kan sama-sama korupsi juga. Tapi tentunya ga semua KADA bakal mau nyuap rakyatnya sendiri ataupun nyuap anggota dewannya.
Konflik horizontal sering terjadi. Saya rasa masyarakat sekarang udah dewasa pemahaman politiknya. Yang salah adalah ketika media massa yang menggiring opini masyarakat begitu menggebu memberikan info yang belum tentu benar. Masalahnya kadang-kadang masyarakat begitu menerima info langsung percaya. Begitu dapat info kalo si A ini anggota organisasi terlarang langsung percaya gitu aja tanpa mencari bukti lebih lanjut. Demokrasi kan bukan kaya gitu.
Yang bikin konflik horizontal itu sebenarnya cuma antar oknum sih saya rasa. Kalo masyarakat beneran sih udah tau gimana harus bersikap. Siapa tau yang berkonflik itu sebenarnya adalah dari kubu yang sama tapi membuatnya seolah-olah ada 2 kubu. Ingat, media massa itu bisa menggiring opini publik.
Ibu saya bilang, mau pilkada langsung atau ga langsung sebenernya ga ada pengaruhnya buat kita rakyat biasa ini. Ini cuma permainan orang-orang yang punya kepentingan aja. Salah menurut saya. Menurut bang Pandji "people will get the leader they deserve kalo rakyatnya pencitraan, ya pemimpinnya juga pencitraan". Kalo rakyatnya baik maka pemimpinnya juga baik.
Saya pernah bilang akan selalu dukung presiden yang saya pilih asal kebijakannya masuk akal. Kalo sudah merampas hak saya untuk memilih kepala daerah saya ini sih sudah diluar akal. Sudah sepatutnya saya protes dan melawan.
SBY diakhir masa jabatan. Sumber |
Alangkah lucunya negeri ini ketika wakilnya bisa membuat rakyatnya tertawa melebihi seorang komedian paling lucu.
*Sumber gambar yang dijadikan judul sebelum diedit ada di hukumonline.com
*Sumber gambar yang dijadikan judul sebelum diedit ada di hukumonline.com
Ya benar, apakah demokrasi akan hilang ?
ReplyDeleteGue ga bilang demokrasi bakalan hilang. tapi untuk saat ini selama masih bisa diperjuangkan kita ga boleh kehilangan harapan
DeleteEntahlah, cuma bisa melihat dari kejauhan. Aku yang belum cukup umur ini, bisa apa? Tapi dibilang kecewa juga sih tahu begini.
ReplyDeleteKamu bisa bantu dengan cara membuka pikiran kamu soal pemahaman politik sejak dini, dik. (yaelah pakai 'dik' segala) Kecewa boleh, tapi jangan jadikan alasan untuk ga terlibat sama sekali memperbaiki negara ini sama-sama. Oke?
Delete(buset dah gue ga nyangka bisa nulis balesan kaya gitu) hahahaha
Ngeblog aja yuk...
ReplyDeletejujur gua paling benci sama partai PKS sekarang. bullshit semua orang2nya.
ReplyDeletethey're a f*cking coalition!
Iya,mz. Iya. Obatnya diminum dulu.
Delete