Indonesia punya gajah Sumatera yang udah hampir punah. Dari tahun ke tahun, populasinya makin menurun. Kondisi ini bikin Royal Golden Eagle (RGE) terpanggil buat ikut bantu nyelamatin mereka. Cara yang ditempuh unik banget, dengan memanfaatkan sesama gajah.
via inside-rge.com
Royal Golden Eagle itu korporasi skala internasional. Mereka punya sekian banyak anak perusahaan yang sebagian besar ngubah sumber daya alam jadi produk bernilai tinggi. Anggota grup yang berdiri pada 1973 dengan nama Raja Garuda Mas ini beroperasi di bidang pulp and paper, kelapa sawit, selulosa spesial, pengembangan energi, sampe viscose staple fibre.
Akan tetapi, sebagai perusahaan yang berhubungan langsung terhadap hasil alam, RGE justru ga mau ada kerusakan yang terjadi. Sebisa mungkin mereka ngejaga kelestarian bumi dan segala isinya. Hal ini secara serius digariskan sebagai prinsip kerja oleh pendiri Royal Golden Eagle, Sukanto Tanoto.
Pria kelahiran Belawan itu ngewajibin semua perusahaan di bawah naungan Royal Golden Eagle bisa memberi banyak manfaat. Awalnya Bapak Sukanto Tanoto minta agar anggota grup RGE berguna buat perusahaan, masyarakat,dan negara. Tapi, ngeliat kerusakan alam yang terus terjadi, ia jadi prihatin dan mulai mencanangkan kewajiban agar RGE bisa ngasih sumbangan positif terhadap perlindungan iklim dan alam secara umum.
Dalam itikad untuk jagain kelestarian alam, perlindungan terhadap satwa termasuk juga di dalamnya. Secara khusus, karena RGE banyak beroperasi di Riau, Jambi, dan Sumatera Utara, fauna yang di sana jadi perhatian khusus. Salah satunya adalah Gajah Sumatera yang terancam punah.
Menurut data yang dirilis oleh Mongabay Indonesia, populasi gajah menurun drastis sampai 70 persen dalam 20 hingga 30 tahun terakhir. Di era 1980-an, masih ada 4500 sampai 5000 ekor gajah Sumatera. Tapi, dalam kurun waktu 1980-an udah turun dikisaran 1.800 ekor. Catatan terakhir per 2013, gajah Sumatera cuman tersisa sekitar 1.700 ekor. Jumlah tersebut diyakini makin mengecil sampai saat ini.
Penyebab penurunan populasi gajah Sumatera cukup kompleks. Perburuan liar jadi salah satu penyebab yang utama. Gadingnya diburu sehingga mereka dibunuh. Selain itu, kerusakan habitat bikin mereka kerap masuk ke area yang dihuni manusia seperti area perkebunan.
Dalam hal ini, konflik antara manusia dan gajah ga bisa dihindari. Biasanya gajah yang jadi korban. Padahal, mereka cuman ngikutin naluri untuk nyari makan ketika ke luar dari hutan ke area pedesaan atau perkebunan.
Kondisi memprihatinkan ini bikin Royal Golden Eagle tergerak. Maka, mereka berusaha bantuin pelestarian satwa yang terancam punah ini. Cara yang diambil dengan mengadopsi sistem Skuat Gajah Terbang.
Skuat Gajah Terbang itu bentukan dari World Wildlife Fund (WWF). Menurut ahli ekologi dari WWF, Dr. Sunarto, Skuat Gajah Terbang dibentuk pada 2004. Tujuan utama pembentukannya adalah untuk ngurangin konflik yang terjadi antara manusia sama gajah.
Pemicunya ga lepas dari keprihatinan terkait penurunan populasai gajah Sumatera. Status satwa ini udah berubah dari endangered jadi critically endangered jadi perlu diselamatkan.
Awalnya WWF melakukan konservasi dengan berupaya menjinakkan gajah liar. Mereka ditangkarkan di satu kawasan. Tapi, hal itu dirasa kurang efektif jadi ide buat memunculkan Skuat Gajah Terbang akhirnya muncul.
Pada dasarnya, Skuat Gajah Terbang adalah tim yang terdiri dari sejumlah gajah dan manusia yang jadi pawang. Menurut BBC Indonesia, jumlah Skuat Gajah Terbang per Maret yang dimiliki oleh WWF Indonesia adalah empat ekor gajah dengan delapan orang pawang.
Mereka beroperasi berpatroli ke sejumlah area perkebunan dan kawasan pedesaan. Tujuannya agar bisa mendorong gajah liar masuk lagi ke hutan. Biar konfik sama manusia ga terjadi. Biasanya hal ini yang sering jadi salah satu sebab utama kematian gajah.
Bersamaan dengan itu, gajah lainnya juga berusaha dijinakkan. Ini juga merupakan salah satu langkah biar benturan sama manusia ga kejadian. Tapi, bukan cuma gajah yang jadi perhatian Skuat Gajah Terbang. Tim berusaha memberi penjelasan dan penyadaran sama rakyat sekitar untuk ikut serta ngejaga kelestarian gajah Sumatera yang nyaris punah.
"Di sinilah Skuat Gajah Terbang mengombinasikan arti penting perawatan gajah dan kebutuhan membantu gajah liar dan masyarakat yang hidup di sekitar mereka demi memitigasi konflik antara gajah dan manusia," kata Sunarto kepada BBC.
Meski begitu, upaya konservasi tetap dijalankan. Penangkaran gajah untuk ningkatin populasinya terus dilaksanakan. Ini juga berjalan seiring dengan upaya restorasi hutan yang rusak serta konservasi hutan yang selama ini dilaksanakan berbagai pihak, termasuk Royal Golden Eagle.
"Dalam jangka panjang, ketika habitatnya dipulihkan, kami berharap gajah-gajah ini bisa kembali ke lingkungan asli mereka dan menjelajah bebas," kata Sunarto.
Royal Golden Eagle yang berkomitmen untuk ikut ngejaga kelestarian alam akhirnya memilih mengadopsi sistem Skuat Gajah Terbang. Mereka dibawa ke area di sekitar perusahaan RGE maupun daerah yang rawan konflik.
Anak perusahaan Royal Golden Eagle yang pertama kali ngelakuin program ini adalah PT RAPP. Mereka mulai ditahun 2004 dengan empat ekor gajah yang terdiri dari tiga betina dan satu jantan. Untuk merawatnya terdapat pawang serta tim medis supaya kesehatan gajah-gajah tersebut terjaga.
Di mata RGE, proses pelestarian jadi prioritas. Oleh karena itu, kesehatan gajah lebih utama dibanding pemanfaatannya untuk mencegah konflik dengan manusia.
Hasil yang diperoleh pun positif. Skuat Gajah Terbang di anak perusahaan yang dulu bernama Raja Garuda Mas tersebut bertambah. Ada dua ekor anak gajah yang lahir, pertama pada 2009 dan satu lagi pada 2014.
Selama dua kali seminggu, Skuat Gajah Terbang berpatroli ke wilayah sekitar perkebunan maupun area yang sering dirambah oleh gajah. Tim ini juga ngawasin lahan punya masyarakat.
Hasilnya juga menggembirakan. Tim Skuat Gajah Terbang dari PT RAPP menyatakan kalo tingkat kematian gajah di wilayahnya menurun drastis. Dulu banyak banget gajah yang mati karena diracun akibat dianggap merusak lahan. Tapi sekarang, intensitasnya berkurang hingga nyaris ga ada.
Tentu saja hal tersebut berdampak positif buat upaya konservasi gajah. Jumlah gajah yang mati berkurang dan malah ada anak gajah baru yang lahir. Hal ini bikin anak perusahaan Royal Golden Eagle lainnya, APRIL dan Asian Agri, memilih untuk ikut ngelakuin program pada 2005.
Sejak saat itu, catatan positif terkait kematian gajah bermunculan. WWF mencatat, pada 2015, ada sepuluh kematian gajah Sumatera akibat konflik dengan manusia. Setahun sesusahnya, jumlahnya menurun hanya menjadi empat ekor.
Ga aneh, langkah berbagai anak perusahaan Royal Golden Eagle mendapat pujian dari WWF. Mereka berharap sistem yang dirancang bersama dengan Balai Konservasi Sumber Daya Alam Riau ini diikuti sama perusahaan-perusahaan lain.
Manusia perlu bertanggung jawab sama kelestarian alam termasuk flora dan faunanya. Maka, cara RGE memanfaatkan gajah untuk menjaga populasi gajah lain patut mendapat pujian.
via inside-rge.com
Royal Golden Eagle itu korporasi skala internasional. Mereka punya sekian banyak anak perusahaan yang sebagian besar ngubah sumber daya alam jadi produk bernilai tinggi. Anggota grup yang berdiri pada 1973 dengan nama Raja Garuda Mas ini beroperasi di bidang pulp and paper, kelapa sawit, selulosa spesial, pengembangan energi, sampe viscose staple fibre.
Akan tetapi, sebagai perusahaan yang berhubungan langsung terhadap hasil alam, RGE justru ga mau ada kerusakan yang terjadi. Sebisa mungkin mereka ngejaga kelestarian bumi dan segala isinya. Hal ini secara serius digariskan sebagai prinsip kerja oleh pendiri Royal Golden Eagle, Sukanto Tanoto.
Pria kelahiran Belawan itu ngewajibin semua perusahaan di bawah naungan Royal Golden Eagle bisa memberi banyak manfaat. Awalnya Bapak Sukanto Tanoto minta agar anggota grup RGE berguna buat perusahaan, masyarakat,dan negara. Tapi, ngeliat kerusakan alam yang terus terjadi, ia jadi prihatin dan mulai mencanangkan kewajiban agar RGE bisa ngasih sumbangan positif terhadap perlindungan iklim dan alam secara umum.
Dalam itikad untuk jagain kelestarian alam, perlindungan terhadap satwa termasuk juga di dalamnya. Secara khusus, karena RGE banyak beroperasi di Riau, Jambi, dan Sumatera Utara, fauna yang di sana jadi perhatian khusus. Salah satunya adalah Gajah Sumatera yang terancam punah.
Menurut data yang dirilis oleh Mongabay Indonesia, populasi gajah menurun drastis sampai 70 persen dalam 20 hingga 30 tahun terakhir. Di era 1980-an, masih ada 4500 sampai 5000 ekor gajah Sumatera. Tapi, dalam kurun waktu 1980-an udah turun dikisaran 1.800 ekor. Catatan terakhir per 2013, gajah Sumatera cuman tersisa sekitar 1.700 ekor. Jumlah tersebut diyakini makin mengecil sampai saat ini.
Penyebab penurunan populasi gajah Sumatera cukup kompleks. Perburuan liar jadi salah satu penyebab yang utama. Gadingnya diburu sehingga mereka dibunuh. Selain itu, kerusakan habitat bikin mereka kerap masuk ke area yang dihuni manusia seperti area perkebunan.
Dalam hal ini, konflik antara manusia dan gajah ga bisa dihindari. Biasanya gajah yang jadi korban. Padahal, mereka cuman ngikutin naluri untuk nyari makan ketika ke luar dari hutan ke area pedesaan atau perkebunan.
Kondisi memprihatinkan ini bikin Royal Golden Eagle tergerak. Maka, mereka berusaha bantuin pelestarian satwa yang terancam punah ini. Cara yang diambil dengan mengadopsi sistem Skuat Gajah Terbang.
SKUAT GAJAH TERBANG
via inside-rge.com
Pemicunya ga lepas dari keprihatinan terkait penurunan populasai gajah Sumatera. Status satwa ini udah berubah dari endangered jadi critically endangered jadi perlu diselamatkan.
Awalnya WWF melakukan konservasi dengan berupaya menjinakkan gajah liar. Mereka ditangkarkan di satu kawasan. Tapi, hal itu dirasa kurang efektif jadi ide buat memunculkan Skuat Gajah Terbang akhirnya muncul.
Pada dasarnya, Skuat Gajah Terbang adalah tim yang terdiri dari sejumlah gajah dan manusia yang jadi pawang. Menurut BBC Indonesia, jumlah Skuat Gajah Terbang per Maret yang dimiliki oleh WWF Indonesia adalah empat ekor gajah dengan delapan orang pawang.
Mereka beroperasi berpatroli ke sejumlah area perkebunan dan kawasan pedesaan. Tujuannya agar bisa mendorong gajah liar masuk lagi ke hutan. Biar konfik sama manusia ga terjadi. Biasanya hal ini yang sering jadi salah satu sebab utama kematian gajah.
Bersamaan dengan itu, gajah lainnya juga berusaha dijinakkan. Ini juga merupakan salah satu langkah biar benturan sama manusia ga kejadian. Tapi, bukan cuma gajah yang jadi perhatian Skuat Gajah Terbang. Tim berusaha memberi penjelasan dan penyadaran sama rakyat sekitar untuk ikut serta ngejaga kelestarian gajah Sumatera yang nyaris punah.
"Di sinilah Skuat Gajah Terbang mengombinasikan arti penting perawatan gajah dan kebutuhan membantu gajah liar dan masyarakat yang hidup di sekitar mereka demi memitigasi konflik antara gajah dan manusia," kata Sunarto kepada BBC.
Meski begitu, upaya konservasi tetap dijalankan. Penangkaran gajah untuk ningkatin populasinya terus dilaksanakan. Ini juga berjalan seiring dengan upaya restorasi hutan yang rusak serta konservasi hutan yang selama ini dilaksanakan berbagai pihak, termasuk Royal Golden Eagle.
"Dalam jangka panjang, ketika habitatnya dipulihkan, kami berharap gajah-gajah ini bisa kembali ke lingkungan asli mereka dan menjelajah bebas," kata Sunarto.
DIADOPSI OLEH ROYAL GOLDEN EAGLE
via inside-rge.com
Anak perusahaan Royal Golden Eagle yang pertama kali ngelakuin program ini adalah PT RAPP. Mereka mulai ditahun 2004 dengan empat ekor gajah yang terdiri dari tiga betina dan satu jantan. Untuk merawatnya terdapat pawang serta tim medis supaya kesehatan gajah-gajah tersebut terjaga.
Di mata RGE, proses pelestarian jadi prioritas. Oleh karena itu, kesehatan gajah lebih utama dibanding pemanfaatannya untuk mencegah konflik dengan manusia.
Hasil yang diperoleh pun positif. Skuat Gajah Terbang di anak perusahaan yang dulu bernama Raja Garuda Mas tersebut bertambah. Ada dua ekor anak gajah yang lahir, pertama pada 2009 dan satu lagi pada 2014.
Selama dua kali seminggu, Skuat Gajah Terbang berpatroli ke wilayah sekitar perkebunan maupun area yang sering dirambah oleh gajah. Tim ini juga ngawasin lahan punya masyarakat.
Hasilnya juga menggembirakan. Tim Skuat Gajah Terbang dari PT RAPP menyatakan kalo tingkat kematian gajah di wilayahnya menurun drastis. Dulu banyak banget gajah yang mati karena diracun akibat dianggap merusak lahan. Tapi sekarang, intensitasnya berkurang hingga nyaris ga ada.
Tentu saja hal tersebut berdampak positif buat upaya konservasi gajah. Jumlah gajah yang mati berkurang dan malah ada anak gajah baru yang lahir. Hal ini bikin anak perusahaan Royal Golden Eagle lainnya, APRIL dan Asian Agri, memilih untuk ikut ngelakuin program pada 2005.
Sejak saat itu, catatan positif terkait kematian gajah bermunculan. WWF mencatat, pada 2015, ada sepuluh kematian gajah Sumatera akibat konflik dengan manusia. Setahun sesusahnya, jumlahnya menurun hanya menjadi empat ekor.
Ga aneh, langkah berbagai anak perusahaan Royal Golden Eagle mendapat pujian dari WWF. Mereka berharap sistem yang dirancang bersama dengan Balai Konservasi Sumber Daya Alam Riau ini diikuti sama perusahaan-perusahaan lain.
Manusia perlu bertanggung jawab sama kelestarian alam termasuk flora dan faunanya. Maka, cara RGE memanfaatkan gajah untuk menjaga populasi gajah lain patut mendapat pujian.