via kaltim.tribunnews.com
Di beberapa kota di Indonesia, bahkan di dunia udah dengan tegas melarang pertunjukkan hewan kayak gini. Terutama lumba-lumba. Karena ini nyiksa mereka baik psikis maupun fisik. Lumba-lumba itu ga bisa dipelihara di luar daripada habitatnya, sulit banget!
Lumba-lumba ga kayak anjing atau kucing yang dengan mudah beradaptasi di lingkungan sekitar manusia. Lumba-lumba emang pinter, tapi bukan berarti mereka bisa pinter beradaptasi sama kehidupan di luar habitat alaminya. Beda cerita, beda kondisi.
Sejarah Pertunjukkan Lumba-Lumba
Menurut apa yang gue baca di website tirto.id, pertunjukkan lumba-lumba udah ada sejak 1860-an, waktu itu lumba-lumba udah mulai dipajang di Inggris sama Amerika Serikat. Pertunjukkan lumba-lumba pertama kali diadain di Marine Studio di tahun 1938, ini berdasarkan sama catatan yang dibikin sama Carl Safina dalam bukunya yang berjudul Beyond Words: What Animal Think and Feel (2015;383).
Waktu awalnya sih ga ada yang sadar sama potensi lumba-lumba ini. Sampai akhirnya pada tahun 1950an salah satu karyawan di studio tadi sadar sama kemampuan mamalia ini. Awalnya si lumba-lumba ngelempar bulu pelikan ke arah si karyawan, terus lama-lama dilatih untuk ngelempar bola sama mainan yang lain.
via banjarmasin.tribunnews.com
via banjarmasin.tribunnews.com
Timbul-lah ide untuk mempertontonkan "lumba-lumba terlatih" pada saat itu. Sampai kemudian banyak akuarium lumba-lumba (dolphinarium) bermunculan dimana-mana.
Kematian bintang film Flipper, seekor lumba-lumba bernama Suzy, mengubah cara pandang pelatihnya, O'Barry, terhadap cara hidup mamalia ini. Awalnya Suzy yang hidup di laut menjadi bintang film bersama ke 4 temannya yang lain.
Setelah produksi film selesai, Suzy pun pensiun dan hidup di Miami Seaqurium bersama O'Barry. Barry yakin kalo Suzy justru memilih bunuh diri daripada hidup dan tinggal di akuarium seperti itu. Tahun 1970-an O'Barry mulai ngampanyein penyetopan penangkapan lumba-lumba.
Kampanye ini akhirnya berbuah manis, karena berhasil melahirkan peraturan tentang penangkapan hewan mamalia laut. Marine Mamal Protection Act (MMPA) dibuat pada tahun 1972. Di tahun segitu, orang luar negeri udah aware sama hal-hal yang kayak gini? Indonesia? Hedeh..
MMPA ngelarang penangkapan mamalia laut di lautan Amerika atau oleh warga Amerika di perairan Internasional. Aturan ini cukup signifikan ngurangin jumlah dolphinarium di sana.
Inggris dulu punya 300 ekor lumba-lumba yang dipertunjukka di 30 tempat. Semenjak ada MMPA, semua lumba-lumba akhirnya ga lagi dipelihara apalagi dipertontonkan. Dolphinarium terakhir di Inggris terakhir ditutup tahun 1993.
Opini Gue Tentang Hal Ini
Gue adalah salah satu orang yang dengan tegas dan jelas menolak hal-hal yang mempertontonkan pertunjukkan hewan kayak gini. Entah dengan nama "samaran" apapun dan untuk tujuan apapun. Apalagi buat amal. Sungguh hina sekali kalo ada yang mau ngelakuin hal itu.
Selain karena anak yang dekat hubungannya sama lingkungan, gue juga orang yang ga tegaan. Nimpuk nyamuk sampe mati aja ngerasa bersalah banget. Apalagi harus ngeliat lumba-lumba mati jadi korban pertunjukkan dan tambang uang buat manusia.
Iya, lumba-lumba yang ngadain pertunjukkan di Banjarmasin beberapa waktu yang lalu itu dikabarkan mati di dalam perjalanan pulang mereka. Katanya kepanasan di dalam kargo yang kena pesawat delay.
KOK TEGA, SIH, NJER?!!
Pengennya nyari untung doang. Fasilitas buat hewan yang jelas-jelas ngedatangin untung buat mereka malah dibikin seadanya. Manusia ga punya hati. Kok bisa-bisanya setega itu sih sama hewan kalian itu?
Yang gue heran, ya. Walikotanya bangga banget ngebuka secara resmi pertunjukkan ini. Rupanya bangga banget bisa ada pertunjukkan lumba-lumba di Banjarmasin. Ga tau kalo di luar sana udah banyak yang protes sama hal kayak gini.
Sedih gue, disaat Banjarmasin dapatin penghargaan Adipura (yang jelas-jelas penghargaan karena punya lingkungan karena dianggap memperhatikan kualitas lingkungan di kotanya), eh taunya malah ngebuka pertunjukkan hewan kayak gitu.
Buat Bapak Walikota, Bapak kan udah sering tuh pergi-pergi ke luar negeri. Beberapa waktu lalu kan bapak sempet ke Washington. Sekali-sekali tanya lah sama pemerintahan sana, mereka masih ngebuka yang namanya pertunjukkan sirkus hewan ga?
Kalo bapak ga terlalu bisa bahasa Inggris minta tolong tanyain sama staff bapak yang bisa. Tolong banget, Pak! Malu kita pak diliatin orang lain.
Dan harapan kami, agar kejadian ini ga terulang 2 kali, Pak! Udah cukup 1 kali aja ngedatangin hiburan pertunjukkan hewan kayak gini. Masih banyak alternatif hiburan yang lain, yang juga mendidik dan paling penting: ga nyiksa hewan.
Ya bodo amatlah kalo bapak ga baca tulisan ini. Yang penting uneg-uneg saya udah keluar. Tapi lebih bagus lagi kalo bapak baca dan sadar sama hal ironis kayak gini, Pak.
Mungkin bapak atau kalian yang baca mengira saya nulis ini karna lumba-lumbanya mati aja. Oh tidak! Meskipun lumba-lumbanya hidup (yang udah pasti bikin dia lebih lama menderita) saya akan tetap menolak kehadiran sirkus lumba-lumba di Banjarmasin. Bukan cuma sirkus lumba-lumba, tapi semua sirkus hewan saya akan dengan tegas menolaknya.
SELAMAT HARI BUMI.
No comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar yang sesuai dengan isi dari tulisan ini. Hargai dengan tidak berkomentar sekadar hanya untuk menaruh link blog anda. Terimakasih. Buat yang terindikasi spammer, akan langsung saya hapus dan report spam.