Saya kira setelah pandemi "berakhir" semuanya akan berangsur normal. Kehidupan jadi lebih baik, dan lebih dinamis daripada sebelumnya. Ya memang pada akhirnya kehidupan berangsung lebih baik dan lebih dinamis. Namun, kenyataannya hidup jadi lebih dinamis bukan secara natural, namun karena ada dorongan.
Dorongan itu adalah harga-harga kebutuhan yang makin lama semakin naik. Ketika pandemi bisa dinyatakan sudah "selesai", eh taunya kita masuk ke fase krisis akibat Perang Rusia-Ukraina. Kan kambing! Sama aja kayak keluar kandang macan masuk kandang buaya ini namanya!
Masalah kian rumit ketika kita tau faktanya, selama ini penghasilan kita ya segitu-gitu aja. Bahkan ga berubah sejak bertahun-tahun lalu. Meskipun sempat dinaikin sama pemerintah, terutama yang berstatus ASN dan pensiunan ASN, tetap aja ga berpengaruh. Percuma gaji naik, kalo kebutuhan naik lebih tinggi daripada kenaikan gaji kita. Bener ga?
Faktanya, inflasi pada tahun 2021 mencapai 1,87% (yoy), ini berdasarkan laporan BI pada tahun yang sama. Namun jika dihitung rata-rata, kenaikan gaji pegawai (negeri sipil), "hanya" 1,09%. Perhitungan ini berdasarkan peraturan yang baru dikeluarkan oleh pemerintah melalui PP No. 36 Tahun 2021 Tentang Pengupahan.
Meskipun "hanya" 0,8% saja, tapi tetap aja menggambarkan bahwa penghasilan kita tidak bisa mengimbangi inflasi yang terjadi.
Kesel juga lama-lama, nih. Bunyinya doang naik gaji, padahal mah pengen ngejar inflasi intinya. Biaya hidupnya naik, penghasilan hidupnya ga sanggup naik. Jadi secara teknis sebetulnya kita tuh ga naik gaji gengs, tapi naik inflasinya.
Jadi ketika kita semua bilang "kebutuhan semua naik, cuman gaji gue yang ga naik" dan ada yang bilang "kan udah dinaikin tuh sama pemerintah?" Baca dulu fakta singkat di atas. Bener dinaikin pemerintah, tapi ga bisa ngimbangin.
Sayangnya gue ga dapet nih data kenaikan gaji/upah di negara lain dan membandingkan inflasi merek per tahunnya gimana. Kalo ada sih akan jadi lebih enak ngebandinginnya. Tapi dari yang gue baca nih, di Myanmar itu upah minimumnya direvisi setiap 2 tahun sama pemerintahnya.
TRUS MESTI NGAPAIN NIH??
Oke daripada ngomel-ngomel doang ga ada solusi apa-apa, mari kita coba telaah, kira-kira apa yang bisa kita lakukan disaat keadaan terjepit seperti ini? Kalo udah ngeliat uraian di atas sih, yang paling jelas terlihat adalah kita mengalami defisit penghasilan ya kan?
Maka kita bisa lakukan 3 hal utama nih, boleh dilakuin semuanya, atau salah 2/salah 1 nya aja juga gapapa. Terserah sesuaikan sama kebutuhan dan kemampuan masing-masing aja.
1. Kurangi Pengeluaran Tidak Penting
Karena pemasukan kita sudah pasti lebih kecil dari pengeluaran, maka sudah seharusnya kita melakukan pengetatan pengeluaran. Harus disiplin menjaga pengeluaran yang tidak perlu. Tahan nafsu untuk beli barang hanya karena "ih lucu banget!" atau "kok murah ya?beli ah biarpun belum tentu kepake" dan pemikiran hedon lainnya.
Stop dulu pengeluaran seperti itu, ya ges! Kita sedang masa krisis dunia nih. Jangan sampai kita ikut-ikutan terdampak parah karena hal ini. Jadi pastikan pemasukan yang kita miliki ini bisa efisien untuk memenuhi kebutuhan primer kita dulu.
2. Investasi Ke Aset Produktif
Kalo semua kebutuhan primer sudah terpenuhi dan masih ada sisanya, tahan dulu nafsu belanjanya! Kalo ada sisanya, mending diinvestasikan aja ke aset yang lebih produktif aja. Misalnya ke saham atau reksadana. Sebenarnya itu juga "jajan" tapi yang lebih produktif daripada membeli barang-barang yang kita tidak butuhkan.
Kalo masih pemula banget untuk terjun ke dunia investasi ini, bisa pilih reksadana dulu aja. Aku juga main reksadana, di aplikasi BIBIT. Udah jalan kurang lebih 3 tahunan. Sampai tulisan ini dibikin, asetnya masih berwarna hijau artinya menghasilkan untung terus. Kalo mau ikut daftar di aplikasi BIBIT langsung download aja di app store dan play store masing-masing trus pas mau deposit uangnya pake kode "radnr" tanpa tanda petik untuk dapatin cashback 25.000 otomatis ya.
3. Tambah Kran Penghasilan
Kalo semua sudah dilakukan dan masih belum cukup juga, kita masih punya satu cara lagi. Yaitu menambah jalur pemasukannya. Dengan cara apa? Banyak caranya, bisa pilih sendiri-sendiri.
Bisa dengan memulai bisnis online, jualan produk-produk yang sedang diminati masyarakat/yang kita sukai dan sering bahas dimedsos kita. Atau Jadi affiliate dengan menjualkan produk orang lain tanpa harus stok barang dan kita dapat komisi dari penjualan produknya. Jadi content creator juga bisa, aktif di medsos tiktok, instagram, atau youtube misalnya.
Jadi freelancer juga bisa. Kita bisa menghasilkan dari hobi atau skill yang sudah kita miliki. Join ke komunitas yang sesuai sama hobi/skill kita, biasanya ada aja tuh yang share job-job, siapa tau bisa kita ambil. Atau masuk ke platform freelance, di Indonesia udah banyak tuh tinggal pilih yang sesuai sama kebutuhan dan kemampuan yang kita miliki.
Kalo menurut kamu 3 hal tadi masih terasa sulit untuk dilakukan, gapapa. Mungkin kamu emang belum sadar aja akan pentingnya 3 hal ini. Meskipun saya rasa, ada atau tidak ada krisis, kita tetap harus melakukan 3 hal ini. Terlebih untuk kamu yang masih merasa masih belum puas dengan pencapaian yang didapatkan sekarang.
Untuk kamu yang terdampak krisis ini, yang tadinya udah punya kerjaan tiba-tiba harus berhenti, yang tadinya punya pemasukan besar kemudian harus gulung tikar karena sepi pembeli, bertahanlah! Karena tidak selamanya keadaan ini akan seperti ini. Yang kita perlukan adalah cara baru untuk beradaptasi. Cara baru untuk menaklukan keadaan ini.
Tapi cara itu bukan menyerah, bukan berhenti. Hidup harus terus berlanjut. Kalo kita masih dikasih izin untuk bernafas sampai hari ini, artinya kita masih diizinkan untuk berkembang dan memperbaiki diri. Jangan hidup di dunia ini hanya untuk menjadi benalu bagi orang lain. Setidaknya bisa bermanfaat sedikit untuk orang-orang sekitar kita. Apapun bentuk dan caranya.
Semangat!!