Ketika rame-rame anak pejabat ditangkap karna ngeroyok anak orang sampe mau meninggal, identitasnya dikulitin habis-habisan. Nama bapak, emak sampe harta kekayaan 1 keluarga diungkap. Akhirnya, gara-gara anak sialan ini 1 keluarga (bahkan 1 kementerian) kena getahnya. Bahkan ga cuman keluarga dia, tapi keluarga temennya juga kena. Emang dasar anak sialan.
Anak Sialan Pembawa Bencana 1 Kementerian |
Balik ke harta bapaknya, yang ternyata seorang pejabat salah 1 kementerian, sungguh mencengangkan jumlahnya. Kekayaan yang dilaporkan mendekati harta kekayaan si menteri atasannya dia. Hal ini menimbulkan kecurigaan yang akhirnya mengarah ke penyidikan harta kekayaan beliau.
Publik pun bertanya-tanya, bagaimana mungkin bawahan menteri bisa punya harta kekayaan mendekati atasannya? Secara logika hirarki organisasi kepegawaian aja udah ga masuk akal. Gaji udah pasti gedean menteri, tunjangan gausah ditanya lah ya kan? Terlebih kalo jadi ASN sangat tidak mungkin punya kesempatan untuk bisa bermain mata dengan pihak lain. Karena hal itu udah dilarang sama UU.
Sekaya-kayanya dia, ga mungkin juga dong harta kekayaan bawahan bisa mendekati si atasan? Kecuali lu punya usaha ternak tuyul. Nah itu beda cerita!
Kalo ada orang, yang jelas-jelas bukan seorang pengusaha/pegawai perusahaan BUMN, punya harta kekayaan yang ga wajar, ya pasti dicurigai, lah! Padahal, sudah disiapkan sistem pengawasan berlapis untuk ASN. Mulai dari inspektorat, auditor intertal, laporan keuangan/pajak, kementerian, PPATK, sampai ke KPK.
Kalo dengan sebegitu banyak sistem pengawasan seperti itu aja masih ada yang bisa berbuat "nakal", boleh ga sih kita curiga kalo sistemnya juga berpotensi korup?
Kita tentu saja mengakui kalo ada ASN yang jujur, banyak malahan. Tapi masalahnya, manusia-manusia serakah ini bikin citra ASN jadi jelek semua. Dia yang ngebut pengen kaya sendiri, tapi orang lain kecipratan lumpurnya.
Oke balik lagi ke kasus yang tadi. Publik pun akhirnya membandingkan kasus ini dengan kasus instansi sebelumnya. Ada yang menghubungkannya dengan keberadaan wanita yang membuat instansinya jadi tercoreng. Kalo yang ini mungkin gue ada perbandingan menarik.
Wanita di kasus institusi sebelumnya itu punya hubungan langsung dengan tersangkanya, yaitu istri tersangka. Menurut gue ini lebih masuk akal untuk bisa membongkar oknum-oknum yang ga beres di institusinya. Bisa dibilang masih linier sama kejadiannya juga.
Nah si anak sialan ini, katanya diprovokasi sama cewenya, untuk ngeroyok mantan si cewe. Karna kejadian ini, ga cuman pasangan sialan ini yang kena, tapi temennya juga. Bahkan ga cuman itu, keluarga anak sialan ini, keluarga si pacarnya juga dikulitin. Lebih dahsyat lagi, sampe kantor bapaknya juga kena getahnya.
Artinya, daya hancur si cewe ini lebih dahsyat daripada istri tersangka di institusi yang tadi. Karna statusnya di sini, ga punya hubungan langsung sama instansinya dan juga masih "pacar" dari anaknya pejabat. Belum jadi istri aja udah bisa bongkar borok 1 kementerian, gimana kalo udah jadi istri, ya? Penasaran gue.
Akibat ulah mereka ini, hampir semua jajaran kementerian, direksi BUMN mewanti-wanti karyawan dan pegawainya untuk tidak pamer kekayaan dan kemewahan di media sosial. Ini sesuai sama arahan Presiden Jokowi ketika melakukan rapat dengan semua menterinya beberapa waktu yang lalu.
Setelah rapat tersebut, surat edaran beberapa kementerian dan BUMN pun sempat tersebar di media sosial. Edarannya serupa dan seragam, yang intinya pemberitahuan untuk tidak memamerkan harta dan kemewahan di media sosial.
Nah yang jadi persoalan tu di sini sebenarnya. Entah tidak disampaikan oleh Presiden, atau disampaikan namun tidak dimuat di media sosial gue kurang tau. Tapi himbauan Presiden ini cuman berkisar di "jangan pamer kekayaan dan kemewahan" itu aja. Ga ada himbauan untuk tidak melakukan praktik korupsi sama sekali. Bahkan nada ancaman untuk menghukum tersangka maling duit rakyat ga ada.
Sekali lagi, gue ga tau apakah hal ini tersampaikan oleh Presiden atau tidak. Ini hanya asumsi saja. Semoga asumsi gue ini salah.
1 hal yang pasti, pejabat lainnya pasti ketar-ketir melihat kejadian ini. 1 keluarga panik banget nyembunyiin harta-harta haram mereka. Ya kalo ga haram ngapain disembunyiin kan? Gitu aja sih logika sederhananya. Kalopun halal, untuk apa juga dipamerin? Apa lu ga punya hal lain yang bisa dipamerin selain kekayaan?
Nah kalo udah begini, tulisan gue sebelumnya bisa dijadikan landasan yang bagus untuk bisa menghukum maling duit rakyat ini. Kalo hanya kekayaan yang mereka punya, maka hukuman yang paling pantas adalah dimiskinkan kalo terbukti bersalah. Gue yakin 100% mereka ga akan berani lagi mereka pamer. Apalagi yang bisa dipamerin kalo udah miskin?
Hikmah lainnya yang bisa diambil dari kasus anak sialan ini adalah masyarakat jadi lebih berani untuk mengungkap pejabat-pejabat yang punya harta kekayaan dengan jumlah ga wajar. Ternyata, ga cuman pejabat di pemerintah pusat aja, tapi ada juga di pemerintah daerah yang punya kekayaan fantastis. Udah diungkap ke publik orangnya siapa, istrinya gayanya gimana dan anaknya pakaiannya kayak gimana. Cuman ga bisa diproses karena belum ada bukti aja. Mungkin tinggal tunggu tanggalnya aja.
Gue berharapnya sih pejabat-pejabat ini bukan hanya berhenti pamer harta kekayaan, tapi juga berhenti untuk jadi maling. Karna esensi sebenarnya dari "jangan pamer harta" ini kan " LU JANGAN JADI MALING, BLOON!" kan gitu? Cuman kayaknya perkataan tersirat ini dimanfaatin pejabat-pejabat untuk pengalihan isu dari ga boleh korupsi jadi ga boleh pamer kekayaan doang.
0 Comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar yang sesuai dengan isi dari tulisan ini. Hargai dengan tidak berkomentar sekadar hanya untuk menaruh link blog anda. Terimakasih. Buat yang terindikasi spammer, akan langsung saya hapus dan report spam.