Sebagai anak yang lumayan introvert, nonton konser bukanlah salah satu kegiatan yang "gue banget". Apalagi nonton konser sendirian, sudah jelas hal itu ga ada di kamus gue. Cuma konsernya Avenged Sevenfold The Only Stop In Asia-lah yang bikin rela berangkat nonton konser sendirian.
Konser Avenged Sevenfold The Only Stop In Asia adalah konser satu-satunya yang diadakan Avenged Sevenfold di benua Asia. Konser ini juga sebagai tur promosi buat album baru mereka bertajuk Life Is But A Dream. Indonesia spesial banget di mata personilnya, karna kata Matt Shadow, jumlah penggemarnya terbanyak sedunia! Gokil!
Secara pribadi, lagu-lagu Avenged Sevenfold udah menemani hidup gue sejak 2009. Sampai hari ini gue masih suka dengerin lagu-lagu mereka. Meskipun aliran musik mereka udah agak berbeda dari pertama kali gue dengerin, tapi masih bisa dinikmatin.
Avenged Sevenfold
Pada tur kali ini, Avenged Sevenfold bawa personil yang ga jauh beda dari terakhir kali mereka datang ke Jakarta tahun 2019. Hanya 1 orang ga ikut ke Jakarta tahun ini, karna emang ga bisa ikutan, yaitu drummer mereka The Rev, karna udah meninggal tahun 2010 silam.
Setelah gonta ganti drummer, dari Mike Portnoy, Arin Ilejay dan yang terbaru ini Brooks Wackerman. Brooks yang jadi personil "baru" dalam lawatan ke-4 kalinya Avenged Sevenfold ke Jakarta ini. Minusnya Brooks memang ga dikasih jatah jadi vokalis di band ini. Beda kayak The Rev yang suaranya punya warna sendiri di lagu-lagu Avenged Sevenfold zaman dulu.
Album Life Is But A Dream... ini bisa dibilang penantian panjang yang ditunggu. Gimana ga? Avenged Sevenfold terakhir kali meriilis album rekamannya tahun 2016 dengan judul The Stage. Ketika Life Is But A Dream... dirilis, responnya positif banget dari fans. Mungkin ini juga yang bikin Avenged Sevenfold mau bikin tur dunia lagi setelah sekian lama vakum.
Menurut gue pribadi, album Life Is But A Dream sangat berbeda dari album-album sebelumnya. The Stage (2016) rada mirip sih dengan aliran mereka yang dulu, cuman sudah mulai agak transisi ke aliran yang sekarang. Gue ga tau nama alirannya apa, cuman ini beda banget dari album Nightmare (2010), Hail To The King (2013), bahkan Waking The Fallen (2003).
Meskipun agak beda daripada album-album sebelumnya, "warna" Avenged Sevenfold yang dulu masih tetap ada. Salah satunya ada alunan solo gitar dari Synister Gate yang ga pernah ngebosenin. Malah menurut gue makin dominan, setidaknya itu yang gue tangkap ketika dengerin lagu-lagu di Life Is But A Dream.
Salah satu lagu favorit gue di album Life Is But A Dream... ini yang judulnya Cosmic. Lagu perpisahan yang melodinya ga sedih-sedih amat. Lagu dengan tema perpisahan dan sedih di Avenged Sevenfold tu banyak! Lu bisa dengering 4:00 AM, Victim, Save Me adalah salah 3 di antaranya.
Lagu Cosmic dominan banget sama gitarnya Gates, Bahkan bisa dibilang 80% lagu ini tuh isinya solo Gates sebenarnya wahahahak! Lagu ini juga gue baru denger Matt Shadows pake autotune untuk nyanyi. Sangat berbeda dari album-album sebelumnya yang pakai suara naturalnya saja.
Avenged Sevenfold The Only Stop In Asia
Konser Avenged Sevenfold ini terbagi jadi 5 kategori. Ada CAT 1 yang paling dekat sama panggung tapi berdiri, dengan harga 2,6 juta per orang. Sampai CAT 5 yang berdiri paling jauh dari panggung dengan harga 1,6 juta per orang. Gue ambil yang tengah-tengah, CAT 4 duduk yang adanya di sisi kiri-kanan panggung tapi agak jauh. Harga tiket CAT 4 2,25 juta per orangnya.
Karna masih bloon sama konser-konseran begini, gue ga bisa ngukur jaraknya seberapa jauh. Gue mikir itu udah deket dan enak nontonnya sambil duduk. Ternyata pas nyampe venue Stadion Madya itu, jaraknya jauh, men!
Gue emang ga teliti ngeliat denahnya. Pelajaran banget nonton konser berikutnya harus perhatiin bener-bener denah kategori tiketnya. Tapi nonton konser sambil duduk enak juga, sih! Ngeliat posisi nonton berdiri begitu takut keinjek injek sama yang lain.
Kalo dipikir-pikir duduk di CAT 4 itu rugi. Udah jaraknya jauh, harganya mirip-mirip sama CAT 1. Bedanya cuman di posisinya aja, duduk sama berdiri. Kalo yang maunya lebih deket ke panggung, mending berdiri sekalian deh. Ga kebayang kalo venue-nya di GBK, sejauh apa jarak panggung ke penonton yang duduk coba?
By the way, konser Avenged-nya sendiri itu mulainya jam 8-an malam. Tapi acaranya udah bisa dinikmatin dari sore. Gue baru tau setelah ngecek medsosnya promotor acara ini. Sore itu ada band lokal yang tampil, gue lupa namanya tapi yang jelas ada Onad dkk gitu.
Karna waktu yang terbatas di Jakarta, jadi kayaknya ga mungkin gue ke venue dari sore. Pasti ga bakalan efektif waktunya untuk ketemu sama temen-temen yang lain. Intinya kan nonton konsernya Avenged doang, jadi ga masalah cuman datang pas malam aja.
Bahkan untuk opening act -nya dari The Used aja gue ga nonton. Gue cuman nonton The Used pas mereka nyanyi lagu terakhir doang. Pas gue duduk di dalam venue mereka udah mau closing. Harusnya karna udah bayar mahal-mahal sih datang ke sana lebih cepet, ya ga? Wahahahk
Nah, yang ngebedain CAT 4 sama CAT 1 dan 2 adalah kita udah dapat nomer kursi masing-masing. Jadi bukan sistem first come first serve gitu mainnya. Mungkin itu juga yang bikin gue lebih nyantai berangkat ke venut konser. Ga ada perasaan takut kursi kita diserobot sama orang lain. Ga harus rebut-rebutan tempat duduk kayak mau Jumatan di mesjid kecil.
Kursinya keras sih agak kurang cocok kalo dipake buat duduk lama-lama. Malah ada penonton di samping gue persis dia duduknya lesehan gitu. Karna di posisi tempat duduk kami itu kayak ada semacam lantai, tapi ga luas, bisa dipake juga buat duduk-duduk. Mereka lebih memilih duduk di sana daripada di kursi.
Set List Konser Avenged Sevenfold The Only Stop In Asia Jakarta
Gue membiarkan diri untuk tidak mengetahui apa saja lagu-lagu yang dibawain sama Avenged Sevenfold konser Jakarta ini. Selama 2 bulan sebelum konsernya, gue berusaha lebih sering mendengarkan lagu-lagu mereka di album terbarunya: Life is But A Dream.
Karna gue tau udah pasti lagu-lagu ini yang bakalan dominan dimainin. Udah gitu gue juga ga hapal-hapal banget judulnya. Jadi dengerin album mereka, sekalian nyari lagu favorit baru.
Prediksi gue bener, set list yang mereka bawakan banyak dari album baru ini. Setidaknya ada 3 judul yang mereka bawa di album Life Is But A Dream saat konser di Jakarta. Avenged Sevenfold membawakan Game Over, Mattel dan Cosmic untuk set list album barunya.
Salah 1 lagunya kebetulan gue suka, Cosmic masuk jadi salah satu lagu favorit gue di album terbaru ini. Game Over sama Mattel dijadiin lagu pembuka yang bener-bener ga disangka-sangka. Cocok untuk mendiamkan bocil-bocil FOMO Avenged yang ga kenal band ini dari dulu.
Setelah 2 lagu dari album baru mereka, nostalgia itu pun dimulai. Afterlife dibawakan sebagai lagu ke-3 mereka malam itu. Hampir semua penonton di Stadion Gelora Madya bernyanyi bersama Matt Shadows. Gue masih merinding mengingat momen ini.
Afterlife adalah salah 1 lagu yang bikin gue nge-fans sama band ini sejak SMA. Lagu yang selama ini cuma bisa gue nyanyikan di laptop/komputer doang selama bertahun-tahun. Akhirnya malam itu bisa nyanyi langsung sama band-nya di tempat yang sama. Unforgetable moment banget buat gue.
Selain 3 lagu tadi, ada 14 lagu lain yang dibawakan sama Synister Gates dkk malam itu. Bisa dibilang jeda istirahatnya ga terlalu lama antar lagunya. Paling Matt-nya doang ngajak ngobrol penonton bentar. Itu pun juga yang di deket panggung doang yang diajakin ngobrol. Gue rasa sih dia ga ngeliat kami-kami yang duduk di CAT 4 ini, dah.
2 judul yang surprise banget buat gue karna ga nyangka bakalan dibawain. Pertama adalah Save Me dari album Nightmare. Menurut gue Nightmare ini salah satu album terbaiknya Avenged Sevenfold, deh. Hampir semua judul dalam album itu gue suka.
Save Me bikin gue surprise karna durasi lagunya yang cukup panjang 10 menit lebih. Menurut gue ga cocok dibawain saat konser. Karna ini pasti nguras tenaga banget mainnya. Alasannya Matt mainin lagu ini sih karna ngingetin dia sama The Rev yang dulu pernah manggung di Indonesia juga. Jadi sekalian ngirim "pesan" ke Rev kalo kami semua kangen sama dia lewat lagu ini. Merinding ga lu?
Seneng banget gue salah satu lagu favorit di album Nightmare ini dibawain secara live. Kapan lagi ngegalau langsung sama penyanyinya, ya kan? Gue kagum banget sama stamina personil Avenged Sevenfold ini. Nyanyi lagu 4 menit aja udah capek, apalagi nyanyi sambil loncat-loncat dan lari sana sini? Bayangin hal ini dilakuin 10 menit?
Ini juga yang memotivasi gue untuk bisa punya badan yang sehat. Ga dipake buat nyanyi 10 menit, sih, cuman pengen punya badan yang fit dan ga gampang sakit aja. Karna badan sehat itu aset paling berharga seorang manusia.
Judul yang satu lagi yang bikin surprise adalah Dear God. Lagu legendaris yang terkenal dari warnet ke warnet. Harusnya Avenged Sevenfold berterimakasih karena keberadaan warnet-warnet zaman dulu. Kalo ga ada warnet, lagu-lagu mereka ga akan sepopuler ini di Indonesia.
Dear God jadi salah satu lagu yang berbeda versinya ketika dimainkan secara live. Karna versi rekamannya lagu ini tuh ending-nya bisa dibilang ga ada. Ketika dibawakan secara live, semua penonton jadi tau gimana ending lagu Dear God ini. Viral banget video orang-orang ngerekam gimana ending lagu Dear God ini.
Gue berharap banget a7x bisa bawain Sidewinder atau Brompton Cocktail secara live saat itu.
Ternyata dua-duanya ga dibawain. Masih jadi misteri sampai hari ini, kenapa Sidewinder ga pernah ada video livenya sama sekali di platform manapun. Padahal dari sisi durasi lagu ini tuh 8 menitan aja. Secara logika, kalo Save Me yang 10 menit aja dibawain, harusnya Sidewinder bisa dong?
Kemudian kenapa berharap Brompton Cocktail dibawain? Karna merupakan salah satu lagu yang beda banget dari kebanyakan lagu Avenged Sevenfold yang lain. Vibes musik-musik orkestranya kental sekali di lagu itu. Memang, sih, A Little Peace of Heaven juga ada disisipi orkestranya juga, tapi ga sekentara lagu ini. Pasti epic banget kalo misalnya Brompton Cocktail ini dibawain secara langsung.